Jumat, 02 Maret 2012





legenda danau toba

Legenda Danau Toba

Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. "Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar," gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.
 Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. "Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku." Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. "Bermimpikah aku?," gumam petani.
"Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. "Dia mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! " kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!" kata Petani kepada istrinya. "Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik," puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

egoku

Aku menghela nafas dengan berat. Merasakan perihnya duri yang tertancap di hatiku. Lama aku termenung dalam kamar. Tak tau harus berbuat apalagi untuk mengobati rasa perih ini. Bibirku tertutup rapat. Mataku sayu tapi tak berani mengeluarkan air mata. Aku memang tak ingin menangis. Aku tak mau lemah. Tapi sakit, perih, sesak semakin memuncak di hatiku.
“jangan ngambek terus dong, Ris! Kamu kok jadi manja gini sih…” kata Aim dengan nada kesal.
“apa sih? Memangnya salah kalau manja?” jawabku nggak mau kalah.
“salah. Ini bukan Risa yang kukenal.”
“bilang aja kamu nggak peduli. Sana pergi! Nggak usah sok perhatian lagi sama aku.”
Kepingan cerita bersama Aim terbayang tanpa sadar. Aim memang hanya teman bagiku. Walau aku tak tau dia menganggapku sebagai apa. aku terlanjur terbiasa dengan semua perhatian yang dia berikan. Tapi entah kenapa aku tak pernah melihat semua kebaikannya. Mataku terlalu buta dengan sikap ego yang terus bersinggah di dalam diriku.
Kemudian kepingan kisahku yang lainnya terbayang secara bergantian. Kepingan bersama orang-orang yang telah menyayangiku dengan tulus tapi sedikitpun aku tak pernah melihat mereka. Melihat semua ketulusan yang harusnya kubalas dengan sepantasnya.
“kamu tau nggak? Walau aku sibuk tapi yang paling membuatku sibuk adalah memikirkanmu.” Kata kak Miftah dengan mengeluarkan jurus rayuannya.
“iyakah? Aku jadi pengen jatuh saking terharunya denger ucapan kamu, kak.” Kataku sambil nyengir kecut ketika menatap matanya.
Aku selalu menganggap semua kata-kata yang dilontarkannya hanyalah kebohongan. Itu terlalu berlebihan untuk cowok yang sudah memiliki pacar seperti kak Miftah. Aku heran kenapa dia melakukan hal bodoh yang hanya akan menjatuhkan harga dirinya. Pikir saja, dia sudah mempunyai pacar tapi masih menginginkanku? Yang benar saja!
“aku sayang Lia, Ris. Tapi aku juga sayang kamu. Aku nggak bisa lupain kamu sampai sekarang. Aku masih nggak rela lepasin kamu.” Kata Adit dengan nada lirih.
“huh, masih sayang malah jadian sama orang lain.” Kataku dengan ketus.
“kamu yang putusin aku kan? Aku jadian sama Lia awalnya Cuma buat lupain kamu!.”
“apa? jadi mau nyalahin aku ya?”
“huft.. iya maaf.. jangan marah lagi. Mau kan kamu tetep disampingku walau bukan jadi milikku?”
Aku menatapnya dan terdiam. Si mantan yang bodohnya masih menyimpan perasaan untukku. Walau aku pun masih menyayanginya. Otakku berputar dan muncul sebuah rencana untuk membalas semua kejahatan yang telah dia perbuat padaku. Aku tersenyum manis kepadanya. Senyum palsu untuk membuatnya menangis.
“Ris, beneran kamu nggak mau balikan sama Adit? Aku relain dia kalau kamu memang masih sayang.” Lia tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang sebenarnya tak ingin kudengar.
“Aku memang masih sayang. Tapi aku nggak mau balikan.”
“kenapa?”
“aku nggak suka cowok gampangan.” Kataku ketus.
Semuanya teringat jelas dalam ingatnku. Dan itu membuatku sangat bersalah. Kesepian yang memuncak karena mereka mulai meninggalkanku. Dan kalut yang semakin menyertaiku. Mereka banyak berbuat baik padaku walau cacat sikap kadang muncul tapi apa yang telah aku lakukan untuk mereka? Aku merenung dan kembali berpikir. Air mata mulai menyapaku. Nggak! Nggak boleh lemah. Nggak boleh nangis! Teriakku dalam hati.
Aku membuka ponsel yang beberapa hari kubiarkan tergeletak di meja rias dengan keadaan non aktif. Dering SMS terus berbunyi ketika aku baru menyakan ponselku. Puluhan pesan masuk dalam kotak masukku. Perlahan aku membacanya satu per satu. Rasanya aku tak percaya. Mereka yang mengirim pesan padaku. Mereka yang kupikir jenuh kepadaku atas sikap ego yang selama ini hinggap dalam diriku. Dan yang membuat tak percaya lagi, mereka mengkhawatirkanku! Aku yang beberapa hari ini tak melihat dunia. Hatiku terenyuh.
Senyumku merekah saking senangnya. Semangatku perlahan bangkit. Otakku mulai rileks merangkai kata-kata maaf untuk mereka. Mengenyahkan egoku. Menghapus kesendirianku. Mengobati rasa bersalahku. Memperbaiki semuanya. Tak ada ego lagi. Tak ada dendam lagi. Janjiku dalam hati. Ya, kurasa aku tau apa yang akan aku lakukan setelah ini.

merpati cinta

Judul : Merpati Cinta
Kategori : Percintaan, Remaja
Penulis : Anisa Nur Hidayah
Malam ini begitu hening, yang kulihat hanyalah bintang-bintang yang bertaburan menggantung di langit. Aku sendirian duduk di rerumputan yang halus di tepi Danau dengan buliran air mata yang terus mengalir membasahi pipiku. Aku kesepian, karena aku hidup di dunia ini hanya sebatang kara dan bagiku tiada lagi tawa kebahagiaan yang ada hanyalah kesendirian dan kepenatan hidup yang selalu menemani hari-hariku ini.
“Mengapa? Mengapa aku tidak pernah merasakan kebahagiaan. Kenapa semua orang yang kucintai
eninggalkanku?” teriakanku sambil melempar batu-batu kecil ke Danau. Aku menangis semakin menjadi-jadi, aku rindu keluargaku yang telah lama meninggalkanku sendirian di dunia ini.Aku tergagap karena karena satu burung merpati kecil hinggap di bahuku dan kulihat ada sepucuk surat deng kertas berwarna merah muda yang di ikatkan pada kaki kanan burung merpati itu. Aku pun memegang burung merpati itu lalu kubelai lembut sambil tersenyum manis.
“Kamu burung cantik! Mana temanmu?” tanyaku sambil tersnyum
Aku pun melepaskan ikatan surat itu pada kaki burung Merpati lalu kubuka dan membaca nya.
“Janganlah kamu terus bersedih Prinses. Masih banyak 0rang yang sayang sama kamu. Aku yakin suatu saat akan ada seorang pangeran yang akan menjemputmu dan mencintaimu dengan tulus” isi surat nya membuatku kaget. Aku mengernyitkan kening tak mengerti dan banyak pertanyaan tertumpuk di otakku. Dan tiba-tiba detak jantungku berdegup kencang padahal sebelum nya aku tidak pernah merasakan ini semua.
“Siapa pengirim surat ini ya? Tapi siapa pun dia makasih ya karena kamu udah buat aku senang” kataku sambil tersnyum paling bahagia sedunia
Burung itu pun melepaskan diri dari genggamanku ia terbang bebas ke udara. Aku pun segera berdiri lalu menoleh ke belakang dan kulihat seorang laki-laki memakai celana Jeans Jaket Serta Sepatu Putih masuk ke mobil BMW berwarna merah lalu berlalu pergi dengan mobil nya. Aku murung hatiku kesal karena tidak bisa melihat wajah laki-laki itu. Dan jantungku berdegup kencang membayangkan laki-laki tadi yang kulihat hanya dari belakang.
“Semoga ini bukan pertama dan terakhir kali nya aku melihat cowok tadi” pintaku dengan wajah memelas
Kian lama hatiku mulai tenang dan senyuman selalu terlukis di bibirku setiap hari karena setiap hari Burung Merpati kecil itu selalu datang menemuiku dan membawakan surat yang berbeda setiap hari nya. Isi surat itu selalu membuatku bahagia, walaupun aku tidak tahu siapa sebenarnya pengirim surat itu.
“Siapa sebenar nya pengirim surat cinta itu? Aku yakin dia cowok tapi kenapa aku selalu merasakan dia ada di dekatku” tanyaku sambil memandangi surat-surat yang tertata rapi di meja belajarku
Keesokan harinya seisi Kampus gempar membicarakan Mahasiswa baru yang katanya Cool, ganteng dan juga seorang penyangi. Aku hanya mengernyitkan kening tak mengerti berdiri di dekat fakultas Sastra fakultasku.
“Sinta! Kok kamu seneng banget. Ada apa si?” tanyaku penasaran kepada teman fakultasku yang berdiri di depanku
“Ya ampun Olivd masa kamu nggak seneng kan dia Artis terkenal. Aku mau banget jadi pacar nya” Jawab Sinta sambil tersenyum dan menatapku
Aku menggeleng-gelengkan tak mengerti maksud pembicaraan Sinta. Tak lama kemudian Mahasiswi-mahasiswi berlarian sambil berteriak histeris ke arahku.
“Waduhh…. Kok cewek-cewek pada nyamperin aku?” tanyaku tak mengerti
“Sumpah perfect banget” kata cewek-cewek itu dan juga Sinta serentak yang berdiri di depanku dan menatapku
“Kalian pada kenapa si?” tanyaku polos
Aku pun tersipuh malu lalu menundukkan kepalaku untuk menghindari tatapan mereka yang begitu dalam        ”Hey! Apa kabar Olive?” Ucap seorang laki-laki sambil memegang bahuku dari belakang
“Siapa si?” tanyaku kesal
Aku pun segera menoleh ke belakang. Aku tergagap karena kulihat seorang laki-laki sangat tampan melempar senyum termanisnya ke arahku. Aku terdiam dan jantuhku kembali berdegup kencang.
“Hi… Kenalin aku Reno Mahasiswa baru” sambil mengulurkan tangan nya
“Olive!” kusambut tangan nya dg tersnyum
Aku tergagap karena Burung Merpati Yang biasa menemaniku terbang ke arahku lalu ia hinggap di bahu Reno.
“Cantik! Pinter kamu sayang!” kata Reno pada Burung itu
“Reno! Kamu kenal sama burung itu?” tanyaku penasaran
“Ini Burung aku, prinses!” Kata nya lalu berlalu pergi
Aku tak menyangka Burung yang selama ini menemaniku adalah milik Reno. Aku pun berlari mengejar Reno. Dan kami saling menatap di taman belakang kampus.       “Jadi surat yang selama ini aku trima dari kamu” kataku
“Iya! Dari awal aku melihat kamu Di Danau itu aku sudah mencintai kamu. Maka nya aku kirim Merpati Cintaku buat kamu” kata Reno sambil tersnyum
“Aku juga dari awal udah cinta sama pangeran Merpati” kataku
“Jadi kamu mau trima Cinta aku!”
“Iya”
Reno pun merangkulku dan kami membelai merpati itu dengan lembut.